Chelsea berada di jalur Piala FA. Pada tahun 1950 dan
1952, lawan Arsenal dimainkan di semifinal. Pertandingan dilakukan dua kali, dan keduanya kalah semua.
Antara dua musim, tim bermain sekadar untuk menghindari degradasi. Chelsea adalah klub matang untuk perubahan.
Manajer Billy Birrell pensiun setelah kekecewaan kedua melawan Arsenal pada Mei 1952, kemudian Chelsea menunjuk Ted Drake. Drake telah menjadi manajer kelas atas. Dia memiliki berbagai medali kejuaraan atas namanya. Reputasi manajernya telah tumbuh di Reading.
Dia akan menyapu bersih sisa-sisa terakhir dari usia lebih amatir dari Chelsea. Dia menyatakan:. "Terlalu banyak orang datang ke Stamford Bridge untuk melihat pertandingan sepak bola, bukan bersorak Chelsea. Untuk sekarang ini para pemain pasti benar-benar muak dengan semua kegaduhan ruang publisitas. Mari kita membuat orang-orang makan, tidur dan minum Chelsea. "
Drake dihapus dari daftar pensiunan Chelsea dari lencana klub dan dibuang julukan "The Pensioners "yang telah diberikan segera setelah pembentukan kita. Dia meninggalkan kantor manajer, mengenakan olahraga dan mengikuti latihan. Ini suatu langkah yang yang harus dibayar untuk manajer masa depan.
Kemajuan yang lambat pada awalnya, tetapi Drake menggunakan pengetahuannya tentang divisi yang lebih rendah untuk mendatangkan para pemain yang berbeda untuk Chelsea. Kami lapar untuk medali pertama kami.
Ada beberapa pemain yang ia warisi dari manajer sebelumnya. Mereka ialah: Bentley, Ken Armstrong, kapten John Harris, Stan Willemse dan Eric Parsons. Drake memiliki tim utama yang lengkap untuk Chelsea.
John McNicholl, Les Stubbs, Stan Wicks dan Peter Sillett semua tiba dari liga yang lebih rendah. Crewe Frank Blunstone adalah bintang muda 18 tahun yang menjadi target incaran banyak klub besar. Drake bahkan membawa pemain klub amatir seperti: Derek Saunders, Jim Lewis dan Seamus O'Connell.
O'Connell adalah pemain fenomenal, yang memiliki salah satu debut paling mengesankan dalam sejarah Chelsea. Dia mencetak hat-trick saat Chelsea menang 6-5 dari Manchester United. Dan publik Stamford Bridge terpesona dengan aksinya.
Chelsea berada tegas ditengah
klasemen. Drake memotivasi timnya dan mereka memulai lari mengejar akumulasi poin. Liga Champions dan penantang terdekat
kami. Kemudian The Blues siap menjamu
kedatangan Wolves/Wolverhampton Wanderers. Mereka adalah pengunjung berikutnya ke
Stamford Bridge. Para 75.000 penggemar berbondong-bondong melihat pertandingan
itu. Tapi skor tetap pada 0-0 sampai
1jam permainan setelah kick-off. Kemudian pemain
Wolves yang juga kapten Inggris, Billy Wright melakukan handball di dalam kotak
penalti.
Stamford Bridge dipenuhi warna biru pada saat itu. Wasit telah melewatkan kejadian handball tersebut. Namun hakim garis tidak! Hukuman penalti akhirnya diberikan untuk Chelsea. Dan Sillett tidak menyia-nyiakan peluang emas tersebut untuk mencetak gol, untuk kemenangan penting Chelsea.
Kejuaraan ini menang dalam pertandingan kedua dari belakang, di kandang Sheffield Wednesday pada Hari St George 1955.
Bentley, sekarang pilihan utama ujung tombak Inggris. Pernah menjadi kapten inspirasional, mencetak 21 gol. Parsons dan Blunstone di sayap adalah senjata kunci untuk pertahanan yang kuat.
Sayang, sukses sepertinya terbukti tidak berkelanjutan. Setelah
kejayaan menghampiri penuaan dengan Chelsea, akhirnya masalah klise
munsul. Yaitu penuaaan usia pemain, sehingga berimbas kepada penurunan
performa. Beberapa pemain yang menua seperti: Sillett, Blunstone dan Wicks. Tidak itu saja, masalah lain muncul, yaitu ada juga beberapa
pemain yang tertimpa cedera.
Tahun dimana setelah memenangkan Chelsea selesai di urutan ke-16. Dan musim
berikutnya, Chelsea selesai dengan posisi yang lebih rendah. Ini berbanding terbalik dengan munculnya pemain muda berbakat. Namanya Jimmy Greaves, mungkin pemuda terbaik Chelsea
produk pada saat itu.
Greaves memiliki kemampuan yang tidak bista diragukan. Dia juga jenius mencetak gol, dan masih dianggap oleh banyak orang sebagai finisher terbaik Inggris yang pernah dihasilkan.
kedua kakinya lincah digunakan untuk mengolah si kulit bundar. Dengan akurasi tembakan yang tak pernah salah membuatnya mencetak lima gol pada tiga kesempatan. Dia mencetak 100 gol sebelum usia 21 tahun. Dan pada saat penjualan dirinya ke AC Milan pada 1961, Greaves telah mencetak 132 gol dalam 169 penampilan. Luar biasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar